tradisi lebaran jember

Tradisi Lebaran di Jember versi Traveling Jember Yuk!

00:56

Halo Jember lovers!

Ah, ini postingan pertama di tahun 2017. Selamat Idul Fitri, semoga amalan-amalan kita selama Ramadhan diterima Allah SWT. Mohon maaf lahir batin buat Jember lovers semuanya. Karena sesuatu hal, baru kali ini TJY aktif menyapa lagi. Insyaallah akan lebih konsisten, karena saat ini, kami sudah berdomisili di Jember, yey!

Photo : @nanawarsita
Berhubung masih di bulan Syawal dan masih kental dengan nuansa Ramadhan, kali ini kami ingin mengajak Jember lovers untuk sedikit mengenal tradisi lebaran yang ada di Jember. Hm, meski sebenarnya tidak ada sesuatu yang sangat khas, tapi setidaknya cerita lebaran di Jember versi kami tidak bisa dilepaskan dari hal-hal semacam ini :

1 Riuhnya petasan


via chandrayellow3.blogspot.com
Petasan atau dikenal dengan mercon, tentu sesuatu yang akdang-kadang memuakkan. Pun bagi kami. Terutama kalau menyulutnya tak jauh dari pemukiman penduduk yang padat. Pffuuh.. Tapi, petasan atau mercon ini semacam penanda awal Ramadhan atau akhir Ramadhan yang akan segera berganti Syawal. 

Seperti yang kami kutip dari historia.id, tradisi membakar petasan, menurut legenda yang tersebar di Cina, sudah dimulai sejak pemerintahan Dinasti Han pada 200 SM, jauh sebelum penemuan bubuk mesiu. Ini berhubungan dengan sosok makluk gunung bernama Nian. Setiap tahun baru Cina, Nian keluar gunung, mengganggu perayaan tahun baru. Nian hendak memakan mereka! Untuk mengusir Nian, penduduk kemudian membuat suara ledakan dari bambu, yang mereka sebut baouzhu. Sejak itu petasan dipakai dalam setiap perayaan maupun festival di Cina, termasuk Imlek atau tahun baru Cina. Lebih lengkap, ternyata petasan sudah bertransformasi hingga dianggap sebagai penanda, silakan langsung baca disini ya.

Tapi, tetap sih ya, sebenarnya petasan sudah tak lagi relevan dijadikan penanda, semoga ke depan akan berganti lambat laun :)

2 Lontong dan ketupat kare ayam

Lontong dan ketupat ini selalu ada menjelang hari raya di rumah kami, tepatnya rumah orang tua saya :) Sehari menjelang 1 Syawal, biasanya eyang putri sibuk memasak lauk lontong dan ketupat dengan kare ayam yang dilengkapi tahu, juga pelengkap seperti tahu petis, koya kelapa, koya kedelai, dan kerupuk udang. Nikmat sangat! Setelah shalat eid, biasanya kami akan menyantap lontong dan ketupat kare ayam bersama-sama. Pun, saat ada tamu berkunjung, pasti ketupat dan lontong lebaran juga menjadi suguhan.

Karena saat ini kami sudah tinggal terpisah dengan orang tua, meski masih di kota yang sama, saya juga mulai rajin mencoba-coba resep ala-ala supaya merasakan nikmat memasak lontong dan ketupat lebaran, meski hanya lauknya saja, hehe.


Ini lauk masakan sendiri, alhamdulillah ga kalah endess. Photo : @nanawarsita
Kalau tradisi lontong sendiri, mungkin terbawa tradisi yang namanya lontong cap gomeh, yang merupakan kuliner peranakan di nusantara. Makanya, adaptasi sayur dan lauknya kadnag bisa berbeda. Kalau di Jember, entah mengapa lebih cenderung kuah kuning bernama kare ayam daripada kuah putih bernama opor ayam. 

Sedangkan ketupat sendiri memiliki filosofi Jawa yang berakulturasi dengan nilai-nilai Islam. Menurut sejarawan kuliner dan penulis buku Jejak Rasa Nusantara : Sejarah Makanan Indonesia dalam travel.kompas.com, Fadly Rahman, ketupat berawal dari masa Sunan Kalijaga pada abad 15 hingga 16. Berikut filosofi yang terkandung di dalamnya :

O iya, kalau di Jember, ada yang namanya riyoyo tupat atau hari raya ketupat, yaitu merayakan hari raya dengan sajian ketupat, pada H + 7 hari raya. Tak heran, di pasar-pasar tradisional, banyak ditemukan pedagang janur atau bentuk janur yang sudah berbentuk ketupat. Biasanya, sajian ini juga dihantar-hantarkan ke handai taulan atau tetangga sekitar.

3 Kue lebaran

Kalau kue lebaran, pastinya ga hanya ada di Jember ya. Tapi, biasanya tiap daerah akan memiliki ciri khasnya sendiri. Waktu di rumah orang tua saya masih ada almarhumah mama, eyang putri dan mama selalu berbagi tugas. Nah, saya kebagian bantu-bantu eyang putri untuk ikut membuat kue lebaran.

Atas-bawah : via ramadan.liputan6.com, kulinersehat.com, camilannusantara.com
Mulai dari kue nastar berbentuk apel-apelan yang tangkainya menggunakan cengkeh, kue kacang, kue coklat, kue sagu, kue keju, sampai opak gulung atau di beberapa daerah dikenal dengan semprong. Atau ada juga, yang masih membekas dari sekarang, adalah membuat pastel kering yang ukurannya imut-imut dan isinya menggunakan abon sapi. Juga kue mawar-mawaran yang di atasnya ada selainya. Enakk! 

4 Berkunjung dan membawa buah tangan

Kunjung mengunjungi atau saling bersilaturrahim sudah pasti sangat dianjurkan dalam Islam. Bahkan, sebuah hadits mengatakan, silaturrahim dapat memanjangkan umur dan rezeki. Kadangkala, momen lebaran seperti ini juga ajang berkumpul dengan keluarga secara lengkap, termasuk kakak dan adik kandung yang sehari-harinya mungkin berbeda kota domisili atau larut dalam kesibukan masing-masing.

Kalau di rumah orangtua saya di Jember, kami semua berkumpul selepas shalat eid di siang harinya, dan pastinya sambil meracik dan makan lontong dan ketupat lebaran bersama. 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Prita hw (@pritahw) pada

Tradisi membawa buah tangan biasanya dilestarikan oleh masyarakat keturunan Madura yang telah berkembang dengan campuran Jawa di kota Jember, termasuk di desa-desanya. Kalau kemarin, saya dan suami lihat di jalan-jalan, banyak pasangan suami-istri beserta anaknya yang membawa sekotak nasi atau kue yang ditempatkan dalam kresek atau tas kain saat berboncengan motor mengenakan baju lebaran. Kalau yang lebih kekinian, saat ini banyak yang menggantinya dengan gula, atau salah satu dari varian sembako, buah, atau sayuran. Jadi, tak melulu nasi atau kue. 

Karena saya lebih kental dengan budaya Jawa, meski papa saya keturunan Madura pandhalungan, saya hanya membawa uang tunai sekedarnya untuk oleh-oleh. Meski kadang membawa kue juga sih :)

5 Salam tempel untuk anak-anak

Saat lebaran merupakan masa panen setahun sekali bagi anak-anak. Termasuk saya dan suami dulunya. Kalau dulu, saya dan adik saya laki-laki satu-satunya, setelah shalat eid, selalu berganti baju lebaran yang baisanya baru, dan berkeliling kampung untuk bersalaman dengan tetangga juga mengumpulkan uang. Ini saat yang ditunggu-tunggu!

Salam tempel identik dengan orangtua atau orang yang lebih tua kepada anak-anak yang masih kecil, masih sekolah, atau belum bekerja. Disebut salam tempel, karena saat bersalamanlah, diselipkan uang atau sekarang lebih manis dengan amplop-amplop mungil nan lucu. Uangnya juga lebih seru menggunakan uang baru yang masih kinyis-kinyis bau kertasnya. Dulu, saya ingat kalau makin besar, nominal uang yang saya terima, juga makin besar :)

via pegipegi.com
Sebenarnya, tradisi membagi-bagikan uang ini dulu dilakukan masyrakat Arab setelah menunaikan shalat eid, dengan berkumpul di masjid. Lalu, dilakukan juga di Indonesia saat saling berkunjung. Hm, sebenarnya semacam simbol untuk berbagi rezeki setahun sekali mungkin ya.

Nah, itulah tradisi lebaran di Jember yang kami alami sendiri. Mesi sekarang sudah berganti generasi ya, seperti bukan lagi menerima salam tempel, tapi belajar memberi salam tempel. Atau seperti tidak lagi mengandalkan menu lontong atau ketupat kare ayam buatan eyang putri, tapi juga mencoba meraciknya sendiri. Time flies. Semoga tradisi lebaran ini bersifat menimbulkan kegembiraan menyambut kemenangan, tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam yang sebenarnya. Sampai bertemu Ramadhan dan lebaran tahun depan, insyaallah..

PS. Buat Jember lovers yang punya cerita lebaran seru dan berkesan, yuk ah ikutan Giveaway Dunia Gairah yang digelar dalam rangka 1 tahun www.pritahw.com :) 
.

- Traveling Jember Yuk - 


You Might Also Like

10 comments

  1. Waah seru ya mbak. Yang mantep saat moment meracik makanan sendiri, apalagi kare ayamnya, hasil jerih payah sendiri pasti akan lebih terasa enak rasanya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya bener mbak, ada kepuasan tersendiri rasanya :D

      Delete
  2. Masih dalam suasana idul fitri, saya silaturahmi a.k.a blogwalking disini utk mengucapkan selamat idul fitri 1438 H, mohon maaf lahir dan batin. *ngarep salam tempel

    ReplyDelete
    Replies
    1. ahahaha, selamat Idul Fitri juga mas, semoga bertemu Ramadhan lagi th depan, maap lahir batin yaaa^^

      Delete
  3. Duhh Lebarannya meriaah...ngangenin yaa..

    ReplyDelete
  4. Seruu..ak sneng tuh main mercon.. ada adat jember klo tiap lebarab ketupat di daerah ambulu klo g salah

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah jgn main mercon Kak Alannn, bunyinya ngagetinn :D Ada adat sendiri tiap lebaran ketupat maksudnya? Coba aku cari info ya kl di Ambulu ada yg beda, TFS

      Delete
  5. Jadi ingat masa anak-anak, kedatangan lebaran sangat ditunggu-tunggu, sebab artinya bakal dapat uang jajan tambahan. Uang yang bisa digunakan untuk membeli beberapa produk impian.. tapi dulu saya terima hadiah lebaran tidak dalam amplop amplop cantik Seperti di atas :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak Ev, kl anak2 emang nunggu bgt ya masa lebaran ini, gajian setahun sekali, wkwk. Aku pun dulu :) Baru sekarang kayaknya tren pake amplop2 lucuk itu

      Delete